Sabtu, 21 Desember 2019

Al Quran sebuah Mukjizat Part 1

Turunnya Al- Quran kepada Nabi Muhammad

Ketika usia beliau mendekati 40 tahun, beliau telah banyak merenungi keadaan kaumnya dan menyadari banyak keadaan kaumnya tidak sejalan dengan kebenaran. Beliau pun mulai sering uzlah (mengasingkan diri) dari kaumnya. Beliau biasa ber-tahannuts di gua Hira yang terletak di Jabal Nur, dengan membawa bekal air dan roti gandum. Gua Hira merupakan gua kecil yang berukuran lebar 1,75 hasta dan panjang 4 hasta dengan ukuran dzira’ hadid (ukuran hasta dari besi).
Beliau tinggal di dalam gua tersebut selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan waktu untuk beribadah di sana dan banyak merenungi kekuasaan Allah di alam semesta yang begitu sempurna. Selama perenungan itu juga beliau semakin menyadari keterpurukan kaumnya yang masih terbelenggu oleh keyakinan syirik. Namun ketika itu beliau belum memiliki jalan yang terang dan manhaj yang jelas mengenai bagaimana jalan yang harus ditempuh.
Dari ‘Aisyah, Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, ia berkata, 
“Wahyu yang pertama diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mimpi yang benar dalam tidur. Beliau tidak melihat dalam mimpi kecuali datang seperti falaq (fajar) Shubuh. Kemudian setelah itu, beliau suka menyendiri (khulwah) dan tempatnya adalah di gua Hira. Beliau ber-takhannuts di dalamnya (beribadah beberapa malam). Sebelum meninggalkan keluarganya, beliau membawa bekal, kemudian kembali ke Khadijah radhiyallahu ‘anha, kemudian membawa bekal lagi untuk berikutnya. Itu terus berulang hingga datanglah kebenaran dalam kondisi beliau berada di gua Hira.”.
 
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan, saat di gua Hira, malaikat datang dan berkata,
“Bacalah!”
 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Saya tidak bisa membaca.” 
Malaikat tersebut memeluk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga terasa sesak, kemudian ia melepaskan beliau. Kemudian setelah itu, dia memintanya membaca kembali,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, 
“Saya tidak bisa membaca.” 
Kemudian dia kembali memeluk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kedua kalinya hingga beliau merasa tersesak, kemudian melepaskannya dan berkata,
“Bacalah!” 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Saya tidak bisa membaca.” 
Kemudian dia memeluk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketiga kalinya, lalu melepaskannya, lantas malaikat tadi menyebutkan,
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5).

Maka Nabi pun tahu yang ia hanya perlu lakukan adalah mengulangi perkataan dari malaikat Jibril (Penulis) , setelah itu
Beliaupun pulang dalam kondisi gemetar dan bergegas hingga masuk ke rumah Khadijah. Kemudian Nabi berkata kepadanya: 
“Selimuti aku, selimuti aku”. 
Maka Khadijah pun menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Lalu Nabi menceritakan kejadian yang beliau alamai kemudian mengatakan,
‘aku amat khawatir terhadap diriku’.
Maka Khadijah mengatakan,
‘sekali-kali janganlah takut! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang lain yang susah, pemberi orang yang miskin, penjamu tamu serta penolong orang yang menegakkan kebenaran. “
Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal, ia adalah saudara dari ayahnya Khadijah. Waraqah telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliyah. Ia pandai menulis Al Kitab dalam bahasa Arab. Maka disalinnya Kitab Injil dalam bahasa Arab seberapa yang dikehendaki Allah untuk dapat ditulis. Namun usianya ketika itu telah lanjut dan matanya telah buta.
Khadijah berkata kepada Waraqah,
“wahai paman. Dengarkan kabar dari anak saudaramu ini”. 
Waraqah berkata,
“Wahai anak saudaraku. Apa yang terjadi atas dirimu?”
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Waraqah berkata,
“(Jibril) ini adalah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai, semoga saya masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu”. 
Nabi bertanya,
 “Apakah mereka akan mengusir aku?” 
Waraqah menjawab,
“Ya, betul. Tidak ada seorang pun yang diberi wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Jika aku masih mendapati hari itu niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya”. 
Tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia” (HR. Al Bukhari no. 6982).

Sekian, tulisan di Part berikutnya adalah
-Mukjizat keunikan Al-Quran


Sumber : rumaysho, firanda, penulis

Yogyakarta, 22-12-2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KUNCI HIDUP SENANG DAN TENANG

Pernahkah kita membaca berita bahwa artis artis di luar negeri seperti korea dan amerika melakukan bunuh diri? Mungkin karena depresi a...